Kamis, 16 Juni 2016

TRAGISNYA HASIL UKG TAHUN 2015 MENGAKIBATKAN MENDIKBUD MENGAMBIL SIKAP

Oleh : Mieke Nurhayati, S.Pd


       "Guru" demikian bangga kita menyebutnya sebagai seorang sosok yang dianggap terbaik dan paling pintar dalam segala halpengetahuan dan ilmu. Selalu tahu dan mengerti dengan keadaan dan pengalaman karena guru dianggap banyak makan "Garam" dari pengalaman dan membaca. Sebagaimana kata-kata mutiara yang menyebukan "Dengan membaca membawa kita berkeliling dunia" selain itu sebagian kata mutiara mengatakan yang selalu di gembar-geborkan di setiap sudut ruangan perpustakaan "Buku adalah Jendela Dunia".
          Namun, apa hendak dikata nasi sudah menjadi bubur, akibat kurangnya informasi dan konfirmasi yang baik dari beberapa pihak dan kurangnya keseriusan dari para dewan guru  dalam mengikuti UKG (Uji KOmpetensi Guru) di tahun 2015 tempo lalu mengakibatkan nilai UKG banyak yang terpuruk. Dan ini sungguh tragis karena menjadikan catatan merah bagi dunia pendidikan bahwa guru ternyata tidak lebih baik dari siswanya. Hasil UKG yang di lakukan guru sebagai wujud kompetensi guru selama satu tahun ternyata sangat mengecewakan dunia pendidikan dan ini merupakan tamparan keras bagi pendidikan di Indonesia.
               
Sambutan Ditjen GTK Pada Kegiatan Bimtek Peningkatan Karier Guru Tahap 4 di Hotel Swiss Springhill Kemayoran Jakarta Utara Hari ini Kamis, 16 Juni 2016 Selama 10 menit

Dengan penuh ketegasan dan semangat Ditjen GTK menghimbau kepada perwakilan guru seluruh Indonesia yang hadir pada kegiatan Bimtek Peningkatan karier Guru Tahap 4 ini dengan menampilkan sebuah video tanggapan Mendikbud Bapak Anies Bawedan tentang hasil UKG tahun 2015.


        Setelah mendengarkan apa yang disampaikan Bapak Mendikbud tersebut, marilah kita sebagai guru selalu intropeksi diri agar tidak hanya menekankan siswa yang ahrus belajar dan mendengarkan, tapi guru pun harus lebih banyak belajar dan membuka wawasan agar tidak sampai ketinggalan iinformasi dalam hal apapun terutama yang berkaitan dengan  dunia pendidikan dan kompetensi masing-masing. 
Semoga di tahun mendatang hasil UKG mengalami peningkatan dan perbaikan dari tahun 2015 sehingga guru dapat benar-benar di sebut sebagai "Guru Sejati" dan bukan "Guru" hanya di saat jam  sekolah dan berada di depan siswa saja pada saat proses tatap muka saat PBM berlangsung.




Rabu, 15 Juni 2016

PENGEMBANGAN PROFESI GURU, JABATAN FUNGSIONAL DAN ANGKA KREDITYA

https://bkd.bantulkab.go.id/index.php/.../6-pkg-dan-pkb?...pengembangan...guru...

KHARISMA DI BALIK SOSOK SEORANG GURU

Oleh : Mieke Nurhayati, S.Pd


        Guru sepertinya tidak asing terdengar di telinga kita. Namun, tidak sedikit juga orang yang merasa alergi dan risih mendengar kata-kata "Guru". Ada sebagian orang menganggap bahwa guru merupakan sosok yang sangat empatik dan sangat di segani serta takuti leh siswanya. selain itu juga masih ada beberapa dan segelintir orang yang menganggap bahwa guru hanyalah sebagai tokoh saja yang hanya digunakan untuk mencapai suatu kerjaan sehingga tidak sedikit orang yang tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan sepenuh jiwa dengan penuh keikhlasan.
       Guru yang diharapkan oleh Pahlawan Perjuangan Indonesia Ki Hajar Dewantoro adalah guru yag benar-benar dapat di contoh serta memberikan teladan bagi semua orang baik itu di kalangan siswanya sendiri tapi juga di kalangan masyarakat di lingkungan sosialnya. sebagaimana yang diabadikan dalam motto pendidikan nasional bahwa guru harus memiliki :
1. Ing Ngarso Sung Tulodo
2. Ing Madyo Mangun Karto, dan
3. Tut Wuri Handayani
Adakah sosok guru deikian di era modern dan serba canggih sekarang?
        Berdasarkan fakta di lapangan, sebagian besar guru hanyalah sebagai status di sekolah saja terhadap para siswa dan siswinya. Sehingga ketika terjun ke masyarakat predikat guru hilang dan atau tidak lagi dipergunakan maksudnya masih banyak yang belum menyadari bahwa profesi guru adalah profesi yang harus di pertahankan tidak hanya di lingkungan sekolah saja  ketika berhadapan dengan para siswa dan siswi di sekolah, tetapi juga harus di hayati dalam lingkungan sosial masyarakat sehingga sosok guru benar-benar mampu menimbulkan kharismatik yang baik dan berteladan serta berdedikasi sebagaimana profesinya. Karena pada hakekatnya profesi guru sangatlah mulia apabila di lakukan dan laksanakan dengan sepenuh hati dan penuh keikhlasan.
         Profesi guru sebagaimana yang telah di atur dalam Permen 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang menjelaskan secara detail tentang tugas dan fungsi guru. Kemudian yang menjadi pertanyaan kita, "Bagaimanakah kharisma dari sosok seorang guru?". Beragam jawaban tentu akan muncul berdasarkan prediksi dan pemikiran masing-masing. Namun perlu kita garis bawahi bahwa kharisma seorang guru terletak dari keteladanan, kesabaran, kerendahan hati, saling menghargai, toleransi dan yang lebih utama adalah bangga menjadi seorang guru dengan segala tugas dan fungsinya.
    Guru harus mampu memberikan pembiasaan yang baik terhadap siswanya
    Guru harus mampu membimbing siswanya dengan penuh kesabaran dan rasa ikhlas
    Guru harus mampu mengajak siswa ulun saling menghargai sesama temannya tanpa pengecualian
    Guru harus mempunyai ketrampilan dan ide kreatif dalam mengembangkan materi 
    Guru harus mampu membina dan mengarahkan siswa ke arah yang baik dan berguna
    Guru harus mampu mengajak siswa mandiri
    Guru harus mampu mengantarkan sswanya menjadi juara dan berprestasi

Kamis, 02 Juni 2016

GURU TEMPO DULU DAN MASA KINI

      Di era Orde Lama guru dikenal dengan Julukan "Umar Bakri". Mengapa demikian? hal ini dikaitkan dengan Lagu Iwan Fals "Guru Umar Bakri" yang mengisahkan betapa mulianya seorang guru dalam memperjuangkan pendidikan tanpa mengenal lelah, susah, sedih dan beban materi baik di rumah tangga maupundi lingkungan sosialnya. Dulu guru saling berkomunikasi dengan orang tua murid dalam segala hal yang berkaitan dengan pendidikan dan usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan kemajuan belajar peserta didik/anak-anak mereka. Begitu juga sebaliknya para orang tua murid denga santun dan penuh dukungan terhadap guru dalam menitipkan pendidikan anaknya sepenuh hati kepada guru sehingga apapun yang dilakukan guru dianggap suudah menjadi kebijakan yang terbaik bagi anak-anaknya serta masa depannya. Sehingga pada waktu dulu pendidikan anak dianggap sangat baik dengan ditambah lagi adanya Penataran P-4 yang wajib diikuti oleh siswa baru yag baru masuk ke SLTP (Sekolah Lanjutan Pertama) maupun SLTA (Sekolah Lanjutan Atas). Adapun tujuan penataran ini adalah untuk menambah kedisiplinan, kemandirian, dan cinta tanah air serta kepemimpinan  yang baik terhadap siswa, sehingga siswa dapat menjadikan seragam yang dipakainya menjadi sebuah kebanggaan bagi dirinya dan keluarganya menjadi seorang "Pelajar".
          Guru dalam sejarahnya sebagaimana yang di cita-citakan oleh KH. Dewantara harus memiliki kepribadian yang tangguh, mampu berkomunikasi dengan baik terhadap peserta didik, mampu mengayomi peserta didik, mampu memberikan teladan yang baik terhadap peserta didik. semua keinginan dan cita-cita beliau di tuangkan dalam kata-kata mutiara yang hingga kini masih digunakan sebagai semboyan pendidikan di Indonesia, seperti :"Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo MAngun Karto dan Tut Wuri Handayani". Ditambah lagi oelh RA. Kartini yang selalu memperjuangkan pendidikan bagi kaum hawa (perempuan) sehingga pendidikan semakin merata tidak hanya di kalangan laki-laki saja, tetapi juga di kalangan wanita. Tidak hanya dalam dunia pendidikan, namun juga dalam keseharian di dunia pekerjaan dan bisnis. sehingga semboyan RA. KArtini ini pun diabadikan dalam dunia pendidikan dan dunia pekerjaan baik bisnis ataupun dalam bidang lainnya dengan meningkatkan Gender, sebagaimana dalam kata mutiaranya "Habis Gelap Terbitlah Terang".
           Pada era Orde Lama pendidikan di Indonesia menuntut siswa untuk selalu disiplin, mandiri, patuh, taat dan santun serta ramah terhadap orang yang lebih tua terutama pada guru. sehingga walaupun dalam dunia pendidikan guru menggunakan rotan dan atau sejenisnya,  menghukum siswa sebagai sanksi siswa tersebut melanggar tata tertib, tidak bisa menghafal tugas dengan baik, tidak mengerjakan PR dan atau membolos, maka guru tidak segan-segan menghukum siswa tersebut dengan sangat tegas yang membuat siswa tersebut jera, takut sehingga tidak lagi berani untuk mengulanginya. Hal ini terjadi dan berjalan sesuai berjalannya waktu, tidak  ada orang tua yang marah, elaporkan ke pihak berwajib ataupun menghakimi guru karena telah memberikan sanksi tegas kepada anaknya (murid). karena begitu baiknya komunikasi antara orang tua dan guru pada waktu itu sehingga sangat minim siswa yang bertingkah laku kurang ajar serta tidak bertanggung jawab. Bahkan siswa pada jaman dahulu terbukti lebih pintar, lebih cepat mengingat dan lebih teliti dibandingkan dengan siswa sekarang yang lebih suka bermain-main, ceroboh, dan tidak bertanggung jawab.
       Dimasa modern memasuki pasar bebas, semua alat komunikasi dalam bentuk elektronik bermunculan dengan sangat canggih, sehingga guru pada tempo dulu yang kenal sebagai guru umar bakri tersisih, di cemooh, dan di tertawakan oleh siswanya sendiri. Hal ini terjadi karena guru umar bakri masih tidak memahami cara menggunakan alat komunikasi elektronik yang ada. Bahkan ilmu yang diberikan si guru bisa di bilang sudah di ketahui muridnya terlebih dahulu dari penjelajahannya bersama mbah goggle. 
                 Perbedaan masa dan majunya peradaban alat komunikasi dan tingkat polah manusia, mengakibatkan maju pula pemikiran dan pendidikan. Sehingga mampu memunculkan peraturan-peraturan yang tidak lagi memperbolehkan guru bertindak terlalu tegas, memberikan sanksi hukuman kepada siswa yang suka dan selalu  melanggar tata tertib. Guru di tuntut harus lebih sabar dalam menghadapi dunia pendidikan siswa yang semakin beragam tingkah laku disamping juga guru tidak diperkenankan untuk mengatakan siswa itu "goblok, bodoh, nakal, bandel, bandung, kurang ajar, dll' yang di khawatirkan akan mempengaruhi kejiwaan si anak. meninjau dari kenyataan ini sehingga Pemerintah membuat Permen-Permen yang menyatakan bahwa siswa tidak boleh tdak naik kelas, siswa yang kurang harus diadakan remedial berulang-ulang sampai ia bisa mengerjakan dan melaksanakan. Sampai si siswa benar-benar bisa berubah dari kurang baik menajdi baik, dari kurang sopan menjadi sopan, dari kurang pintar menjadi pintar, dari kurang perhatian, menjadi perhatian terhadap pelajaran, dari kurang minat belajar/membaca menjadi minat belajar dan membaca serta suka bersekolah. Dan ini merupakan tanggung jawab yang sangat berat sekali  dan harus di pikul oleh setiap individu yang sudah menginginkan dirinya menjadi guru. Sehingga guru di masa sekarang harus benar-benar mampu mengutarakan "Saya Bangga Menjadi Guru" dan bukan seba
           Dari kenyataan-kenyataan yang terjadi di lapangan, masih banyak guru yang belum mampu menjajaki kesabarannya dalam menghadapi siswa yang over dan terlalu banyak tingkah sehingga masih saja ada guru yang menghukum siswa dengan memukul, mencubit, dan bahkan lebih dari itu. Namun, jika orang tua lebih bijaksana terhadap kesulitan yang dihadapi guru saat ini, maka seharusnya orang tua mampu memberi pengertian kepada si anak agar tidak lagi mengulang dan mau memperbaiki. Tragisnya para orang tua kadang-kadang justru naik pitam dan tanpa pikir panjang melaporkan si guru ke pihak berwajib karena tidak terima atas perlakuan si guru. Jika hal ini terus berlanjut, maka akan semakin banyak orang yang takut dan enggan menjadi guru di tanah air kita. Dan jika hal ini terjadi, bagaimanakah nasib pendidikan di Tanah Air kita? Mari kita sikapi hal ini bersama-sama. Karena pada intinya kerjasama, komunikasi dan saling pengertian antara orang tua murid dan guru sangat....sangat....sangat......diperlukan dalam memajukan pendidikan.