Di era Orde Lama guru dikenal dengan Julukan "Umar Bakri". Mengapa demikian? hal ini dikaitkan dengan Lagu Iwan Fals "Guru Umar Bakri" yang mengisahkan betapa mulianya seorang guru dalam memperjuangkan pendidikan tanpa mengenal lelah, susah, sedih dan beban materi baik di rumah tangga maupundi lingkungan sosialnya. Dulu guru saling berkomunikasi dengan orang tua murid dalam segala hal yang berkaitan dengan pendidikan dan usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan kemajuan belajar peserta didik/anak-anak mereka. Begitu juga sebaliknya para orang tua murid denga santun dan penuh dukungan terhadap guru dalam menitipkan pendidikan anaknya sepenuh hati kepada guru sehingga apapun yang dilakukan guru dianggap suudah menjadi kebijakan yang terbaik bagi anak-anaknya serta masa depannya. Sehingga pada waktu dulu pendidikan anak dianggap sangat baik dengan ditambah lagi adanya Penataran P-4 yang wajib diikuti oleh siswa baru yag baru masuk ke SLTP (Sekolah Lanjutan Pertama) maupun SLTA (Sekolah Lanjutan Atas). Adapun tujuan penataran ini adalah untuk menambah kedisiplinan, kemandirian, dan cinta tanah air serta kepemimpinan yang baik terhadap siswa, sehingga siswa dapat menjadikan seragam yang dipakainya menjadi sebuah kebanggaan bagi dirinya dan keluarganya menjadi seorang "Pelajar".
Guru dalam sejarahnya sebagaimana yang di cita-citakan oleh KH. Dewantara harus memiliki kepribadian yang tangguh, mampu berkomunikasi dengan baik terhadap peserta didik, mampu mengayomi peserta didik, mampu memberikan teladan yang baik terhadap peserta didik. semua keinginan dan cita-cita beliau di tuangkan dalam kata-kata mutiara yang hingga kini masih digunakan sebagai semboyan pendidikan di Indonesia, seperti :"Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo MAngun Karto dan Tut Wuri Handayani". Ditambah lagi oelh RA. Kartini yang selalu memperjuangkan pendidikan bagi kaum hawa (perempuan) sehingga pendidikan semakin merata tidak hanya di kalangan laki-laki saja, tetapi juga di kalangan wanita. Tidak hanya dalam dunia pendidikan, namun juga dalam keseharian di dunia pekerjaan dan bisnis. sehingga semboyan RA. KArtini ini pun diabadikan dalam dunia pendidikan dan dunia pekerjaan baik bisnis ataupun dalam bidang lainnya dengan meningkatkan Gender, sebagaimana dalam kata mutiaranya "Habis Gelap Terbitlah Terang".
Pada era Orde Lama pendidikan di Indonesia menuntut siswa untuk selalu disiplin, mandiri, patuh, taat dan santun serta ramah terhadap orang yang lebih tua terutama pada guru. sehingga walaupun dalam dunia pendidikan guru menggunakan rotan dan atau sejenisnya, menghukum siswa sebagai sanksi siswa tersebut melanggar tata tertib, tidak bisa menghafal tugas dengan baik, tidak mengerjakan PR dan atau membolos, maka guru tidak segan-segan menghukum siswa tersebut dengan sangat tegas yang membuat siswa tersebut jera, takut sehingga tidak lagi berani untuk mengulanginya. Hal ini terjadi dan berjalan sesuai berjalannya waktu, tidak ada orang tua yang marah, elaporkan ke pihak berwajib ataupun menghakimi guru karena telah memberikan sanksi tegas kepada anaknya (murid). karena begitu baiknya komunikasi antara orang tua dan guru pada waktu itu sehingga sangat minim siswa yang bertingkah laku kurang ajar serta tidak bertanggung jawab. Bahkan siswa pada jaman dahulu terbukti lebih pintar, lebih cepat mengingat dan lebih teliti dibandingkan dengan siswa sekarang yang lebih suka bermain-main, ceroboh, dan tidak bertanggung jawab.
Dimasa modern memasuki pasar bebas, semua alat komunikasi dalam bentuk elektronik bermunculan dengan sangat canggih, sehingga guru pada tempo dulu yang kenal sebagai guru umar bakri tersisih, di cemooh, dan di tertawakan oleh siswanya sendiri. Hal ini terjadi karena guru umar bakri masih tidak memahami cara menggunakan alat komunikasi elektronik yang ada. Bahkan ilmu yang diberikan si guru bisa di bilang sudah di ketahui muridnya terlebih dahulu dari penjelajahannya bersama mbah goggle.
Perbedaan masa dan majunya peradaban alat komunikasi dan tingkat polah manusia, mengakibatkan maju pula pemikiran dan pendidikan. Sehingga mampu memunculkan peraturan-peraturan yang tidak lagi memperbolehkan guru bertindak terlalu tegas, memberikan sanksi hukuman kepada siswa yang suka dan selalu melanggar tata tertib. Guru di tuntut harus lebih sabar dalam menghadapi dunia pendidikan siswa yang semakin beragam tingkah laku disamping juga guru tidak diperkenankan untuk mengatakan siswa itu "goblok, bodoh, nakal, bandel, bandung, kurang ajar, dll' yang di khawatirkan akan mempengaruhi kejiwaan si anak. meninjau dari kenyataan ini sehingga Pemerintah membuat Permen-Permen yang menyatakan bahwa siswa tidak boleh tdak naik kelas, siswa yang kurang harus diadakan remedial berulang-ulang sampai ia bisa mengerjakan dan melaksanakan. Sampai si siswa benar-benar bisa berubah dari kurang baik menajdi baik, dari kurang sopan menjadi sopan, dari kurang pintar menjadi pintar, dari kurang perhatian, menjadi perhatian terhadap pelajaran, dari kurang minat belajar/membaca menjadi minat belajar dan membaca serta suka bersekolah. Dan ini merupakan tanggung jawab yang sangat berat sekali dan harus di pikul oleh setiap individu yang sudah menginginkan dirinya menjadi guru. Sehingga guru di masa sekarang harus benar-benar mampu mengutarakan "Saya Bangga Menjadi Guru" dan bukan seba
Dari kenyataan-kenyataan yang terjadi di lapangan, masih banyak guru yang belum mampu menjajaki kesabarannya dalam menghadapi siswa yang over dan terlalu banyak tingkah sehingga masih saja ada guru yang menghukum siswa dengan memukul, mencubit, dan bahkan lebih dari itu. Namun, jika orang tua lebih bijaksana terhadap kesulitan yang dihadapi guru saat ini, maka seharusnya orang tua mampu memberi pengertian kepada si anak agar tidak lagi mengulang dan mau memperbaiki. Tragisnya para orang tua kadang-kadang justru naik pitam dan tanpa pikir panjang melaporkan si guru ke pihak berwajib karena tidak terima atas perlakuan si guru. Jika hal ini terus berlanjut, maka akan semakin banyak orang yang takut dan enggan menjadi guru di tanah air kita. Dan jika hal ini terjadi, bagaimanakah nasib pendidikan di Tanah Air kita? Mari kita sikapi hal ini bersama-sama. Karena pada intinya kerjasama, komunikasi dan saling pengertian antara orang tua murid dan guru sangat....sangat....sangat......diperlukan dalam memajukan pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar